Perbedaan Panel Surya Monocrystalline dan Polycrystalline
Saat ini, sudah banyak orang yang beralih memanfaatkan energi ramah lingkungan. Salah satunya, energi surya.
Untuk memanfaatkan energi surya, perlu menggunakan panel surya sebagai alat yang mampu mengkonversi energi surya menjadi energi listrik.
Di Indonesia, jenis panel surya yang paling sering digunakan adalah monocrystalline dan polycrystalline.
Kedua jenis panel surya tersebut memang mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing. Jadi, penggunaannya pun disesuaikan dengan kebutuhan.
Ngomong-ngomong soal jenis panel surya, kalian tahu gak, apa itu yang dimaksud dengan panel surya monocrystalline dan polycrystalline. Jika belum, maka kalian dapat menyimak pembahasan berikut.
Apa itu Panel Surya Monocrystalline dan Polycrystalline?
Panel Surya Monocrystalline:
Pernah melihat panel surya yang berwarna hitam? Yup, kemungkinan besar itu adalah panel surya monocrystalline.
Panel surya jenis ini memiliki tingkat efisiensi tinggi dalam mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik. Kenapa bisa begitu?
Hal ini dikarenakan panel surya monocrystalline terbuat dari silikon yang sangat murni.
Panel surya monocrystalline juga dikenal sebagai kristal tunggal, itu juga alasannya mengapa elektron lebih mudah untuk mengalir, karena memiliki banyak ruang.
Panel Surya Polycrystalline:
Jika monocrystalline identik dengan warna hitam pekat, polycrystalline cenderung berwarna biru gelap atau biru tua.
Efisiensi panel surya polycrystalline juga terbilang kecil jika dibandingkan dengan monocrystalline.
Alasannya, panel surya polycrystalline terbuat dari beberapa kristal silikon atau multi kristal, membuat banyak sel sehingga elektron kurang bebas bergerak.
Proses Pembuatan
Panel Surya Monocrystalline:
Panel surya sejatinya adalah sekumpulan sel surya yang dirangkai.
Sel surya terbuat dari silikon yang dihasilkan dari proses pengolahan pasir kuarsa yang diekstraksi hingga mencapai kemurnian solar-grade silicon.
Pada monocrystalline, perlu dilakukan proses pemurnian yang lebih rumit lagi, yaitu proses Czochralski. Proses ini berguna untuk mendapatkan silikon murni yang hanya berbentuk kristal tunggal atau monocrystalline.
Setelah itu, didapatlah sebuah ingot yang kemudian dipotong menjadi persegi tipis atau biasa disebut sebagai wafer.
Selanjutnya, mengubah wafer menjadi sel surya. Dalam hal ini, perlu proses tambahan lagi. Salah satunya, memberi fosfor yang berguna sebagai orientasi listrik negatif.
Setelah berbagai proses dilalui hingga didapat hasil sel surya yang siap untuk digunakan. Kemudian, sel surya dirangkai sedemikian rupa hingga menjadi penel surya monocrystalline.
Panel Surya Polycrystalline:
Panel surya polycrystalline dan monocrystalline sama-sama menggunakan silikon sebagai bahan baku utamanya. Proses pembuatan pembuatan dari awal hingga akhir juga banyak kemiripannya.
Hanya saja, pada polycrystalline tidak dilakukan pemurnian yang lebih lanjut. Ini terlihat dari bentuknya yang terdiri dari berbagai macam kristal atau polycrystalline.
Kelebihan Yang Dimiliki
Panel Surya Monocrystalline:
- Memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, yaitu sekitar 15-20%.
- Dikenal lebih tahan lama.
- Dengan kemampuan yang baik, membuat panel surya monocrystalline dapat digunakan pada kondisi cuaca mendung.
Panel Surya Polycrystalline:
- Harga lebih murah.
- Proses produksi yang terbilang lebih mudah.
Kekurangan Yang Dimiliki
Panel Surya Monocrystalline:
- Harganya mahal.
- Kemampuan menurun saat tejadi peningkatan suhu, tetapi itu juga bukan menjadi masalah besar, banyak jenis panel surya lainnya mengalami masalah serupa dengan penurunan kemampaun yang lebih besar.
- Limbah saat proses produksi jauh lebih banyak.
Panel Surya Polycrystalline:
- Memiliki tingkat efisiensi yang rendah, yaitu sekitar 13-16%.
- Dengan efsiensi yang rendah, membuat lebih banyak pemakaian untuk menghasilkan energi listrik yang besar, sehingga tempat yang digunakan jauh lebih besar.
Jadi, dari kedua jenis panel surya memiliki kekurangan dan kelebihan. Tinggal pilih mana yang cocok untuk kalian gunakan.
Apabila ingin yang kualitas efisiensinya yang baik, ambil yang monocrystalline. Namun, jika terkendala biaya dan masih dalam tahap mencoba atau belajar, polycrystalline bisa menjadi solusi.