Pengertian Energi Tak Terbarukan dan Efek Rumah Kaca
Dewasa ini sudah banyak ajakan untuk meninggalkan energi tak terbarukan dan beralih ke energi terbarukan. Namun, apasih yang dimaksud energi tak terbarukan itu? Jadi, energi tak terbarukan itu adalah energi yang diperoleh dari sumber daya alam yang terbatas ketersediannya dan memerlukan waktu yang sangat lama untuk pembentukannya, bahkan memerlukan hingga jutaan tahun.
Sumber energi tak terbarukan utamanya adalah bahan bakar fosil atau bahan bakar mineral, yaitu bahan bakar yang terdiri dari hidrokarbon, seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Bahan bakar fosil saat ini masih mendominasi dalam penggunaan energi, walaupun juga sudah banyak negara yang memiliki kesadaran untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Namun, apasih alasannya mengapa energi fosil tidak ramah lingkungan untuk digunakan? Berikut penjelasannya.
Seperti namanya, bahan bakar fosil terbentuk dari hewan dan tanaman yang mengalami proses almiah berupa pembusukan yang terjadi selama ratusan juta tahun lalu. Bahan bakar fosil berbahaya karena ketika dipanaskan bahan bakar fosil melepaskan karbon dioksida ke atmosfer yang pada akhirnya mengganggu keseimbangan karbon di tanah, laut, dan udara.
Karbon memang ada di mana-mana, termasuk juga di atmosfer kita. Tanpa adanya karbon, proses kehidupan tidak akan berjalan seperti ini. Kesejahteraan dan fungsi planet kita sangat bergantung pada karbon dan bagaimana siklusnya melalui sistem Bumi. Siklus karbon memainkan peran kunci dalam mengatur suhu dan iklim global Bumi dengan mengendalikan jumlah karbon dioksida yang ada di atmosfer.
Pernahkah Anda mendengar isitilah efek rumah kaca? Jadi, efek rumah kaca adalah fenomena alam yang membuat Bumi cukup hangat untuk kehidupan. Tanpa efek rumah kaca, Bumi akan menjadi tempat yang jauh lebih dingin. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting, karena membantu atmosfer bumi untuk menahan panas yang dihasilkan dari Matahari. Namun, karena banyak yang menggunakan bahan bakar fosil, membuat banyak karbon dioksida yang terlepas ke atmosfer sehingga membuat bumi menjadi memanas secara tidak wajar. Hal ini biasa sebut dengan pemanasan global (Global warming).
Baca Juga: Potensi Energi Terbarukan di Indonesia
Terdapat tiga jenis utama bahan bakar fosil, yaitu batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Jika dilihat dari bentuknya ketiganya tentu memiliki perbedaan, ada yang padat, cair, dan gas. Berikut adalah dampak lingkungan apabila menggunakannya.
1. Batu Bara
Batu bara saat ini masih menjadi idola di Indonesia, khususnya untuk PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Hal ini karena Indonesia memang kaya akan batu bara sehingga tidak perlu impor dari negara lain. Namun, dalam proses penambangannya banyak sekali dampak lingkungan yang ditimbulkan, seperti penggundulan hutan, perampasan lahan pertanian, kubangan hasil penambangan yang tidak direklamasi, dan masih banyak lagi.
Selain itu, proses pembakaran dari batu bara juga mengeluarkan beberapa emisi. Berikut adalah beberapa emisi yang dihasilkan:
- Karbon dioksida (CO2), merupakan gas rumah kaca utama yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak, dan gas alam).
- Sulfur dioksida (SO2), berkontribusi terhadap hujan asam dan penyakit pernapasan.
- Nitrogen oksida (NOx), berkontribusi terhadap kabut asap dan penyakit pernapasan
- Partikulat atau jelaga, berkontribusi terhadap kabut asap dan penyakit pernapasan, seperti penyakit paru-paru
- Merkuri dan logam berat lainnya, berkaitan dengan kerusakan neurologis dan mengganggu perkembangan pada tubuh manusia dan hewan lainnya.
2. Minyak Bumi
Minyak bumi masih menjadi andalan untuk bahan bakar kendaraan, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Walau begitu, tetap saja minyak menjadi energi yang tidak ramah lingkungan. Saat ini proses pengeboran minyak bumi memang sudah canggih dan sebisa mungkin meminimalisir pencemaran lingkungan.
Namun, tetap saja ditemukan beberapa kasus proses pengeboran yang merusak lingkungan, seperti kebocoran pipa di tengah laut yang tentu saja mencemari laut. Di Indonesia sendiri masih ada bencana akibat pengeboran yang sangat luar biasa dan masih berlangsung hingga saat ini, yaitu Lumpur Lapindo di Sidoharjo, Jawa Timur. Dalam proses pembakarannya minyak bumi juga mengandung karbon monoksida, nitrogen oksida, partikulat, dan hidrokarbon yang tidak terbakar.
3. Gas Alam
Dari ketiga bahan bakar fosil, gas alam merupakan bahan bakar yang relatif lebih bersih. Sifat pembakarannya yang bersih sudah banyak membuat peralihan dari minyak bumi ke gas alam, seperti halnya saat ini memasak sudah tidak lagi menggunakan minyak tanah dan beralih ke gas. Di luar negeri juga sudah banyak negara yang beralih dari batu bara ke gas alam untuk pembangit listriknya.
Namun, tetap saja gas alam merupakan sumber energi tak terbarukan dan tidak ramah lingkungan. Ini karena pada saat pembakarannya mengeluarkan Nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), dinitrogen oksida (N2O), sulfur dioksida (SO2), dan sedikit partikulat.
Sebagai makhluk hidup yang dibekali akal dan nurani, sudah seharusnya umat manusia untuk menjaga planet Bumi ini. Dengan selalu menjaga dan merawat planet ini maka kita akan memberi keberlansungan hidup untuk genarasi penerus dan seluruh makhluk yang hidup di dalamnya. Walau saat ini belum tersedianya energi terbarukan yang menyeluruh, tetapi bukan berarti kita bisa berlaku boros menggunakan energi tak terbarukan, tetap harus menggunakannya secara bijak.
Pemerintah juga seharusnya mengawasi berbagai eksplorasi energi yang dilakukan di negeri ini, jangan memberi izin kepada perusahaan yang memiliki catatan reputasi buruk. Selain itu, beri hukuman kepada perusahaan yang melakukan eksplorasi secara ilegal, perusahaan yang tidak mau melakukan perawatan terhadap lingkungan di sekitar, dan perusahaan yang masih memiliki masalah sengketa lahan dengan masyarakat. Yang terakhir, Pemerintah juga perlu mendorong pengembangan energi terbarukan dan ramah lingkungan.