Airbus Zephyr Pesawat Tanpa Awak Tenaga Surya
Saat ini pesawat tanpa awak masih didominasi oleh pesawat yang energinya diperoleh dari sumber energi tidak terbarukan, walaupun ada juga yang sudah full listrik, tetapi tetap saja energi listriknya diperoleh dari energi fosil. Menjawab tantangan tersebut, Airbus mengembangkan pesawat tanpa awak bertenaga surya yang diberi nama Zephyr.
Airbus Zephyr merupakan UAS (Unmanned Aerial System) stratosfer pertama dari jenisnya. Zephyr memberikan solusi yang gigih dan mudah beradaptasi, tidak seperti pesawat tak berawak lainnya. Hal ini karena Airbus Zephyr memiliki kemampuan terbang terus menerus selama berbulan-bulan pada suatu waktu, dengan ketinggian sekitar 70.000 kaki, di atas cuaca dan lalu lintas udara konvensional. Zephyr adalah HAPS (High Altitude Platform Station), dan merupakan satu-satunya HAPS yang telah mampu untuk terbang pada waktu siang atau malam di stratosfer.
Zephyr memiliki lebar sayap 25 m dan berat kurang dari 75 kg. Pesawat tanpa awak Airbus ini sudah sukses dibawa terbang hingga ke stratosfer dan memecahkan rekor dunia. Dengan demikian, Zephyr bisa dikatakan sebagai pesawat tanpa awak yang inovativ, khususnya dalam hal pemanfaatan energi terbarukan, seperti tenaga surya.
Zephyr juga menghadirkan kemampuan yang sangat luarbiasa dalam hal sensor atau pendeteksi lainnya sehingga dapat digunakan untuk pelanggan komersial, institusional, dan militer. Karena Zephyr adalah pesawat tenaga surya maka pesawat ini membawa baterai sekunder, di mana ketika siang hari baterai mendapatkan energi listrik dari matahari, sedangkan pada malam hari daya pada baterai digunakan untuk energi penggerak.
Airbus Zephyr menjawab kebutuhan akan cara yang hemat biaya untuk memberikan persistensi dan jangkauan seperti satelit yang luas, bersama dengan akurasi, penyimpanan stasiun, dan fleksibilitas tugas ulang yang biasanya melekat pada sistem drone konvensional.
Baca Juga: Airbus Mengembangkan Pesawat Hidrogen Tanpa Emisi untuk Komersial
Pesawat tanpa awak Zephyr merupakan pesawat yang luar biasa, hal ini karena kemampuannya yang dapat menggabungkan kegigihan satelit geostasioner, sambil mempertahankan kemampuan manuver yang serupa dengan pesawat tradisional atau UAS. Selama uji penerbangan pada tahun 2018, Zephyr telah mencapai rekor daya tahan hingga 25 hari, 23 jam dan 57 menit, tanpa pengisian bahan bakar dan hanya mengandalkan cahaya matahari.
Kelebihan lainnya adalah Zephyr terbang cukup dekat dengan stasiun bumi sehingga memiliki sedikit latensi dan menawarkan layanan hampir real-time. Zephyr juga memberikan solusi untuk mengisi celah antara menara darat, pesawat konvensional dan satelit. Artinya, Zephyr dapat diposisikan dengan sempurna untuk melengkapi dan meningkatkan infrastruktur yang ada.
Pesawat tanpa awak dari Airbus ini juga aman, karena berada di garis depan integrasi UAS stratosfer ke wilayah udara, dan sudah memperoleh persetujuan sipil dan militer di lima negara, di empat benua. Setelah lepas landas dan naik ke stratosfer dalam waktu delapan jam, Zephyr akan menavigasi ke lokasi yang diinginkan, yang mungkin berjarak ratusan atau ribuan kilometer. Zephyr akan dikendalikan dari Stasiun Kontrol Darat di mana saja di dunia menggunakan kemampuan BLOS (Beyond Line of Sight).
Zephyr adalah agnostik muatan, kompatibel dengan OPAZ, sistem pengamatan bumi internal Airbus yang dirancang untuk stratosfer yang menyediakan 18 cm elektro-optik dan 70 cm infra-merah citra dan video. Ini kompatibel dengan kemampuan pemrosesan lanjutan Airbus Intelligence. Zephyr juga dapat mengintegrasikan muatan yang dipasok pelanggan pihak ketiga. Zephyr dapat mendukung berbagai kemampuan muatan, termasuk dan tidak terbatas pada: Electro Optical, Infrared, Hyper spectral, Passive Radio Frequency (RF) Radar, Synthetic Aperture Radar (SAR) radar, Early Warning, Lidar dan Automatic Identification System (AIS).
Kemampuan istimewa lainnya adalah Zephyr memiliki cakupan muatan visual yang luas dengan tapak 20 kali 30 km yang memungkinkannya menyediakan berbagai pengawasan berkelanjutan untuk memenuhi persyaratan misi serta citra resolusi tinggi dan pengambilan video untuk pengumpulan intelijen. Sensor yang terletak di stratosfer juga dapat dengan mudah mendeteksi perubahan lingkungan, dan mengumpulkan data yang lebih tepat.
Pesawat tanpa awak Zephyr juga dapat mendukung konektivitas. Ini karena Zephyr mampu memperluas jangkauan dan atau kapasitas jaringan terestrial. Satu Zephyr memiliki cakupan yang setara dengan 250 menara seluler. Zephyr memiliki potensi untuk menyediakan komunikasi ke bagian dunia yang paling tidak terhubung. Artinya, Zephyr nantinya akan dapat menawarkan langsung ke perangkat 4G/5G secara terus-menerus siang dan malam di daerah terpencil sekalipun.