Apakah Benar 5G Berbahaya? Mitos dan Fakta 5G
5G di Indonesia memang belum tersedia. Walau begitu, masih banyak juga negara yang belum menerapkan jaringan 5G dan masih meneliti lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknologi baru ini. 5G adalah jaringan seluler generasi ke-5 atau generasi terbaru yang tentu saja memiliki banyak kelebihan dibandingkan para generasi sebelumnya.
Jaringan 5G nantinya akan memiliki kecepatan multi-gigabit dengan kecepatan data puncak hingga 20 gigabit per detik dan kecepatan data rata-rata lebih dari 100 megabit per detik. Hal menarik lainnya adalah 5G menawarkan latensi 1 milidetik atau kurang. Oleh karena kemampuannya yang luar biasa itu maka tidak heran jika banyak yang menunggu hadirnya 5G, termasuk juga di Indonesia.
Akan tetapi, meskipun banyak yang menantikannya, ada juga beberapa pihak khawatir atau was-was dengan teknologi 5G ini. Rasa khawatir tak lain berasal ketika mendengar berbagai “mitos” tentang bahaya yang ditimbulkan oleh 5G. Pada umumnya, mitos tentang 5G banyak berasal dari media sosial. Maka dari itu, pada artikel ini akan membongkar berbagai mitos atau konspirasi tentang bahaya 5G yang paling sering muncul di media sosial.
Apakah Virus Corona Dapat Disebarkan Melalui Jaringan 5G?
Apakah Anda pernah mendengar mitos jika Virus Corona dapat disebarkan melalui jaringan 5G? Teori konspirasi ini bahkan sudah tersebar ke seluruh dunia. Lantas apakah itu benar? Jawabannya tentu saja tidak atau hoaks. Dikutib dari laman kominfo.go.id, informasi tersebut sama sekali tidak benar alias hoaks. Tidak ada bukti bahwa gelombang radio dapat menciptakan atau menyebarkan virus penyebab penyakit Covid-19.
Apakah Jaringan 5G Dapat Menyebabkan Kanker?
Jawabannya adalah tidak, itu adalah berita hoaks. Jaringan 5G tidak dapat menyebabkan kanker dan tidak juga menyebabkan tumor otak. Seluruh spektrum elektromagnetik dapat dibagi menjadi dua jenis radiasi, yaitu radiasi pengion (ionizing radiation) yang membunuh orang dan radiasi non-pengion (non-ionizing radiation) yang tidak membunuh manusia. Teknologi jaringan seluler 5G ditransmisikan melalui gelombang radio non-pengion. Selain itu, setiap rentang frekuensi yang digunakan untuk komunikasi seluler memang selalu berada di bagian non-pengion dari spektrum elektromagnetik. Aman!
Baca Juga: Memahami Teknologi Komputer Kuantum yang Super Canggih
Apakah Jaringan 5G Dapat Membunuh Burung?
Jaringan 5G dapat membunuh burung merupakan berita yang sering muncul di berbagai jenis media sosial, tak jarang berita ini dikemas dengan judul yang clickbait sehingga banyak orang yang langsung mempercayainya. Jadi, jaringan 5G tidak dapat membunuh burung. Emisi gelombang radio dari antena transmisi radio, termasuk menara telepon seluler berada di atas 10 megahertz sehingga tidak akan membahayakan burung.
Apakah Jaringan 5G akan Menggantikan Jaringan 4G?
Jaringan 5G merupakan teknologi sendiri yang dibangun di atas jaringan 4G yang sudah ada. Jadi, jaringan 5G berbeda dan tidak akan menggantikan jaringan 4G. Artinya, Anda masih bisa mengakses jaringan 4G, seperti Anda masih bisa mengakses jaringan 3G meskipun ini sudah eranya 4G. Akan tetapi, apabila ponsel Anda hanya dapat mengakses jaringan 4G dan jaringan di bawahnya, tetapi Anda ingin mengakses jaringan 5G maka Anda harus mengganti ponsel tersebut dengan yang sudah kompatibel terhadap 5G.
Apakah Jaringan 5G Dapat Digunakan sebagai Senjata?
Dari awal pengembangan jaringan 5G memang tidak untuk keperluan perang atau apapun yang berhubungan dengan militer. 5G dirancang agar pengguna dapat merasakan yang lebih daripada generasi jaringan sebelumnya. Jadi, meskipun ADS (Active Denial System) yang digunakan militer Amerika Serikat dan 5G beroperasi pada spektrum gelombang radio yang sama, tetapi 5G mentransmisikan pada frekuensi yang jauh lebih rendah yang sepenuhnya aman bagi manusia.
Apakah 5G Menggunakan Lebih Banyak Energi daripada Generasi Sebelumnya?
Tidak, 5G lebih hemat. Dikutip dari nokia.com, sebuah studi baru yang dilakukan oleh Nokia dan Telefónica telah menemukan bahwa jaringan 5G lebih hemat energi hingga 90 persen per unit lalu lintas daripada jaringan lama 4G. Penelitian yang dilakukan selama tiga bulan ini berfokus pada konsumsi daya Radio Access Network (RAN) di jaringan Telefónica.